Sunday, January 07, 2007

MENERAPKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

“Hey apa kata dosenmu tadi di kelas?” seorang mahasiswa bertanya pada temannya yang baru keluar dari ruang kuliah. “ Tahu ah.. gue ngantuk tadi, nanti lihat catatan teman aja!” jawab mahasiswa yang ditanya.

Situasi seperti ini banyak terjadi di kampus manapun. Pengajar yang berbicara selama dua jam dan mahasiswa yang merasa bosan berada di dalam kelas. Apakah ada metode pembelajaran yang bisa mengubah situasi di ruang kelas seperti ini? Jawabannya ya. Banyak metode yang ditawarkan oleh para ahli pendidikan tapi yang terbukti banyak mengubah sikap belajar mahasiswa adalah yang dikenal sebagai metode Problem-Based Learninng yang disingkat PBL atau diterjemahkan menjadi Pembelajaran berbasis Masalah.

Apakah itu PBL?
PBL adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai pemicu pembelajaran. Masalah yang biasanya diambil dari kehidupan nyata digunakan untuk memicu rasa keingin-tahuan mahasiswa sehingga mahasiswa berusaha menyelesaikan masalah. Untuk menyelesaikan masalah tersebut mahasiswa harus mendefinisikan lebih dahulu masalah sebenarnya dan menetapkan informasi yang sudah dimiliki atau yang harus dicari. Masalah yang diberikan bukan latihan tapi pemicu. Mahasiswa akan berusaha mengaitkan informasi yang mereka miliki dan menetapkan topik pembelajaran yang harus mereka pelajari.

Sebagian pengamat pendidikan menyatakan bahwa PBL adalah metode pembelajaran yang berstruktur tinggi (highly-structured learning method). Mahasiswa akan mengalami proses pembelajaran yang dirancang dengan pengaturan waktunya yang ketat, jelas tahap-tahap kegiatannya, pengawasan yang tinggi, ada umpan balik dan refleksi.

Apa bedanya PBL dari metoda kuliah mimbar biasa?
Banyak kuliah mimbar yang dilakukan dengan pendekatan teacher-centered, yang mana guru menjadi fokus dalam pembelajaran. Pengajar mentransfer semua pengetahuan yang dimilikinya kepada mahasiswa. Hal ini berbeda dalam pembelajaran dengan pendekatan student-centered, mahasiswa yang menjadi fokus pembelajaran. Mahasiswa memiliki tanggung jawab lebih besar dalam proses pembelajaran dan memiliki peran lebih banyak. Masalah nyata semakin kompleks dan perkembangan ilmu pengetahuan bergerak pesat. Pengetahuan yang diberikan pengajar sekarang mungkin tidak akan cukup membekali mahasiswa untuk menyelesaikan masalah nyata setelah mereka lulus nanti. Dengan memberikan peran lebih banyak kepada mahasiswa dalam pembelajaran, maka mahasiswa akan mendapatkan kecakapan belajar sendiri sepanjang hayat (life-long learning skill). Bukankah akan lebih bermanfaat bila mahasiswa diberi pancing dari pada diberi ikan sesaat?

PBL adalah salah satu metode pembelajaran dengan pendekatan student-centered. Pengajar dalam metode PBL akan berperan sebagai fasilitator bukan instruktur (atau lecturer). Pada metode ini mahasiswa belajar untuk mengkontruksi pengetahuan dengan cara masing-masing selama proses pembelajaran sewaktu menyelesaikan masalah. Isu pembelajaran yang terkait akan mereka pelajari sendiri dan mereka jelaskan kepada teman-temannya dalam satu kelompok. Integrasi pengetahuan masing-masing anggota ini yang kemudian digunakan untuk menyelesaikan masalah secara berkelompok. Dalam PBL tak ada lagi kuliah pengajar yang berlama-lama. Semua mahasiswa aktif dalam pertemuan di kelas. Semua mahasiswa ditantang untuk mampu mengutarakan pendapat dan pengetahuannya dan siap untuk ditanya oleh temannya sendiri. Proses belajar aktif seperti ini menurut banyak pakar pendidikan akan menghasilkan pembelajaran yang lebih dalam (deep learning).

Apa saja yang mahasiswa dapatkan dengan metode PBL?
Selain pemahaman materi ajar yang lebih dalam karena mereka konstruksikan pengetahuan dengan caranya sendiri, mahasiswa pun mendapat kesempatan untuk mengembangkan berbagai kecakapan yang diperlukan, seperti kecakapan belajar sepanjang hayat, kecakapan dalam mengarahkan sendiri pembelajaran, belajar mandiri dan saling bergantung dengan teman, bekerja dalam tim, meyelesaikan masalah, kreatif dan kritis, melakukan penilaian, mengatur waktu serta komunikasi.

Sering pengajar berpendapat bahwa di kuliahnya mereka mengembangkan juga kecakapan proses tersebut, yaitu dengan memberi tugas mahasiswa untuk berdiskusi dan presentasi. Kecakapan proses tidak serta merta diperoleh bila mahasiswa tidak diberikan kesempatan untuk berlatih berkali-kali dan diberi umpan balik baik oleh pengajar sebagai fasilitator maupun temannya sendiri. Fasilitator dan mahasiswa bersama-sama mengawasi diskusi di kelas. Dengan PBL mahasiswa belajar memberikan penilaian untuk teman maupun dirinya sendiri serta membuat refleksi atas kecakapan yang dimilikinya.

Bagaimana metode PBL dilaksanakan?
Banyak cara pelaksanaan metode PBL ini diterapkan dalam kuliah-kuliah di perguruan tinggi. Di sekolah kedokteran dimana PBL ini pertama kali diterapkan (McMaster Medical School), kelas PBL terdiri dari kelompok mahasiswa yang relatif berjumlah besar (10-12 orang) dan memiliki fasilitator atau tutor untuk setiap kelompok. Biasanya selain tim fasilitator terdapat juga tim nara sumber yang dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa. Model PBL yang dilaksanakan di sekolah kedokteran memerlukan sumber daya manusia (fasilitator) yang banyak, semakin besar jumlah mahasiswa per kelas semakin banyak fasilitator per kelasnya.

Pada kuliah-kuliah selain kedokteran, telah banyak digunakan model kelas PBL dengan fasilatator bergerak (floating facilitator). Pada kelas PBL model ini cukup satu atau dua fasilitator saja yang bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain dalam satu kelas. Jumlah mahasiswa per kelompok agar pembelajaran efektif adalah antara 4-6 orang tapi jumlah mahasiswa per kelas bisa banyak. Biasanya model seperti ini disebut small group-large class PBL.

Kelas PBL dengan kelompok kecil akan efektif bila mahasiswa diberi tanggung jawab lebih banyak dalam mengawasi jalannya diskusi dan presentasi di kelas. Peran setiap anggota kelompok secara tegas ditetapkan di awal diskusi, sehingga kelompok dapat bekerja dengan baik dan memberikan solusi masalah yang tepat serta sesuai. fasilitator mengawasi mahasiswa dengan bantuan borang-borang yang harus diisi oleh mahasiswa selama diskusi berlangsung. Borang tersebut juga menjadi dapat alat bagi mahasiswa untuk mengetahui apakah sasaran pembelajaran telah dicapai dalam diskusi.

Pemberdayaan mahasiswa dalam kegiatan kelas memungkinkan model seperti ini diterapkan pada kelas besar. Seorang fasilitator mampu ‘menguasai’ kelas dengan jumlah mahasiswa sampai 80 orang. Untuk seorang fasilitator yang handal, kelas kecil maupun kelas besar sama saja, tergantung pada persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan PBL ini dilaksanakan.

Kapan kuliah dengan metode PBL diberikan?
Sebagian orang berpendapat bahwa metode PBL sebaiknya diterapkan pada kuliah-kuliah lanjut. Pendapat ini menunjukkan adanya kekhawatiran bahwa metode PBL terlalu sukar untuk diterima oleh mahasiswa tingkat awal. Bila menyadari manfaat yang diperoleh mahasiswa dengan menggunakan PBL, maka pengajar tidak akan ragu untuk mengatakan bahwa PBL dapat diterapkan pada mahasiswa tingkat awal. PBL yang diterapkan pada kuliah awal akan mengubah cara belajar mahasiswa yang sedari kecil disuapi menjadi lebih mandiri serta menumbuhkan kesadaran pada mahasiswa bahwa belajar di perguruan tinggi itu adalah juga tanggung jawabnya bukan hanya tanggung jawab pengajar. Sikap belajar yang baru ini akan memudahkan mereka dalam proses belajar pada kuliah-kuliah di tingkat yang lebih lanjut.

Mau mencoba?
Penerapan metode PBL pada perkuliahan adalah suatu perubahan besar baik bagi mahasiswa maupun pengajarnya. Pengajar perlu pengetahuan yang cukup tentang PBL dan persiapan untuk mengubah kuliah mimbarnya menjadi kuliah dengan PBL. Mahasiswa pun perlu mendapat banyak informasi tentang PBL, manfaatnya dan tahap-tahap kegiatan PBL di kelas. Bila mahasiswa termotivasi untuk menggunakan metode pembelajaran yang banyak manfaatnya ini, maka pelaksanaan kegiataan PBL akan semakin lancar. Kemantapan pengajar tentang PBL akan mengurangi penolakan mahasiswa terhadap penerapan PBL. Tidak ada yang ringan dalam memulai sesuatu yang baru, tapi bila manfaatnya begitu besar untuk mahasiswa tidak ada salahnya untuk dicoba bukan?
(Elsa Krisanti)

No comments: