Hampir 50-an mahasiswa memenuhi ruang kelas dimana pak Umar, dalam mataajar Kimia Analitik, sedang menjelaskan tentang bagaimana mengetahui apakah telah terjadi kontaminasi air sungai oleh limbah pabrik elektroplating.
"Coba anda jelaskan bagaimana mengetahui adanya zat pengotor berbahaya di air sungai tersebut?" tanya pak Umar pada mahasiswa yang duduk di depan.
Hal yang mirip terjadi di kelas pak Rudi, dengan jumlah mahasiswa yang sama, pertanyaan tersebut diajukan pada kelompok kecil mahasiswa yang terdiri atas 4-5 orang per kelompok.
Di kedua kelas tersebut kegiatan perkuliahan dilakukan secara aktif, dosen bertanya dan mahasiswa diminta untuk menjawab. Tapi di kelas pertama, kemungkinan hanya sekelompok kecil mahasiswa saja yang aktif, biasanya yang duduk di barisan depan. Lalu bagaimana dengan sebagian mahasiswa lainnya? Di kelas pak Umar, ada mahasiswa yang terkantuk-kantuk, ada yang sibuk dengan telepon selulernya, ada juga yang asik berbisik-bisik dengan teman sebelahnya.
Bagaimana dengan kelas pak Rudi?. Karena pertanyaan serupa ditanyakan dalam bentuk tugas yang harus dijawab oleh kelompok, maka kelompok kecil yang telah dibentuk sibuk berdiskusi untuk mencoba mencari solusi pertanyaan tersebut. Pada kelas pak Rudi ini, hampir tidak ada mahasiswa yang mengantuk atau melakukan aktivitas sendiri., semua mahasiswa segera aktif berdiskusi dalam kelompok kecilnya.
Di kelas PBL yang menggunakan kelompok-kelompok kecil mahasiswa, diharapkan terjadi interaksi antar mahasiswa yang berdampak positif bukan saja dalam penguasaan konten tapi juga dalam pengembangan keterampilan mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok, atau group skill.
Hasil penelitian menunjukkan banyak keuntungan yang diperoleh sewaktu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil. Diantaranya adalah dalam kelompok mahasiswa akan belajar lebih baik karena mereka memiliki kesempatan untuk berinteraksi, menjelaskan pendapatnya, mendapat umpan balik segera dari teman dalam kelompok, mendapat penilaian dan perhatian sehingga mendorong mereka bekerja/belajar lebih baik. Sebagai tambahan, bekerja dalam kelompok akan mengembangkan keterampilan mereka bekerja dalam suatu tim. Bagaimana mereka mengatasi konflik, menyelesaikan masalah bersama, belajar dari orang lain, dan bertanggung jawab sebagai anggota kelompok, akan membuat mahasiswa lebih siap menghadapi dunia kerja setelah mereka lulus nanti.
Hambatannya dalam melaksanakan kelas dengan kelompok kecil, tentu saja ada. Sering terjadi dalam kelompok hanya orang-orang tertentu saja yang bekerja, sedangkan sebagian lainnya adalah anggota yang "free ride". Disini diperlukan pengawasan dari dosen , sebagai fasilitator, yang cukup ketat sehingga pembagian tugas pembelajaran terdistribusi dengan seimbang dalam satu kelompok. Salah satu caranya adalah dengan memberikan 'problem' yang cukup berat atau kompleks, sehingga tidak bisa diselesaikan oleh 1-2 orang saja dalam waktu yang tersedia.
Hambatan lainnya dalam kelas dengan kelompok kecil yang tetap adalah adanya konflik antar pribadi, yang mungkin disebabkan karena bervariasinya latar belakang setiap anggota kelompok. Ada perbedaan tingkat pengetahuan/pengalaman, ada perbedaan budaya/kebiasaan, ada perbedaan cara belajar dsb. Hal ini bisa diatasi dengan memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membuat semacam 'aturan main' yang berlaku di kelompok itu. Aturan yang dibuat sendiri, itu sebaiknya ditaati karena akan ada sanksinya bila anggota melanggar aturan tersebut.
Adanya perbedaan pendapat dalam kelompok sewaktu menyelesaikan masalah akan memberi dorongan kepada setiap anggota untuk belajar lebih keras, mencari informasi yang lebih luas dan dalam. Bila mereka dapat menyelesaikan konflik dengan cara positip, ini akan menambah pengetahuan mahasiswa dalam hal konten pelajaran serta meningkatkan keterampilan mereka untuk bekerja sama dalam tim.